Tongkat Tunggal Panaluan
Versi Lain
Tunggal Panaluan adalah satu Tongkat warisan leluhur Batak oleh semua suku Batak tongkat ini diyakini memiliki kekuatan gaib, sulu i nagolap tukkot di nalandit fungsinya untuk:
- Membantu dalam peperangan.
- Meminta hujan,
- Menahan hujan (manarang udan),
- Menolak bala,
- Menghalau Wabah,
- Mengobati penyakit,
- Petunjuk dalam satu Ugasan tertentu.
- Mencari dan menangkap pencuri,
Kisah Tongkat Tunggal Panaluan juga bervariasi. Salah satu kisahnya sebagai berikut :
Sepasang suami istri yaitu Datu Baragas Tunggal Pambarbar Na Sumurung (ahli ukir) dan istrinya Nan Sindak Panaluan, sudah lama menikah tapi belum dikaruniai anak. Mereka menanyakan hal tersebut kepada ahli ramal, ahli ramal menganjurkan agar mengganti patung-patung yang ada di rumahnya dengan yang lebih cantik. Maka pergilah Datu Baragas kehutan untuk mencari kayu yang cocok dijadikan patung, tetapi berhari-hari lamanya tidak ditemukan. Suatu saat ia (Baragas Tunggal) melihat di udara pohon melayang-layang tanpa cabang, daunnya kira-kira setinggi manusia. Baragas memohon kepada Mulajadi agar pohon tersebut diturunkan ke bumi dan ternyata dikabulkan. Pohon tersebut turun tepat ditempat peristirahatan (perberhentian) yang disebut Adian Naga Tolping. Baragas mengambilnya serta mulai mengukir sehingga berbentuk seorang gadis disebut Jonjong Anian. Setelah selesai, ia bermaksud membawa pulang, tetapi tidak dapat diangkatnya.
Beberapa hari kemudian saudagar kain dan perhiasan lewat lalu beristirahat ditempat tersebut. Saudagar melihat betapa cantiknya patung tersebut bila dikenakan pakaian dan perhiasan lengkap. Ia kemudian mengenakan pakaian, selendang, kerabu, kalung, gelang dan kancing emas. Ketika hendak pulang barang-barang tersebut tidak dapat dibuka walau dengan cara apapun. Lalu ia pulang dengan hati yang sangat kesal. Tersiarlah berita sampai keseluruh negeri dan sampai pada dukun Nasumurung Datu Pangabng-abaang Pangubung-ubung yaitu dukun yang dapat menghidupkan kembali yang mati atau menyegarkan yang busuk. Sang dukun pergi ketempat patung tersebut dengan membawa obat berkhasiat adapun tindakan yang dilakukan dukun itu adalah:
- Meneteskannya ke mata patung, matanya langsung berkedip,
- Diteteskan kehidung terus bersin,
- Diteteskan lagi ke bibir sehingga komat-kamit,
- Diteteskan ke mulut terus dapat berbicara,
- Diteteskan ke telinga maka ia mendengar,
- Terakhir kesegala persendian, pergelangan tangan maupun kaki sehingga dapat bergerak dan berjalan.
Datu Nasumurung membangun rumah untuk tempatnya bertenun yang dikawal harimau, babi dan anjing, tangga rumahnya dibuat dari pisau-pisau yang tajam. Banyak pemuda yang simpati padanya tapi untuk bertemupun tidak bisa, namun seorang pemuda berhasil memikat hatinya yang bernama Guru Satean Bulan dan sepakat untuk melaksanakan perkawinan. Berita itu tersebar luas diseluruh negeri dan sampai kepada Baragas (sipembuat patung), lalu mendatangi datu Pangabang-abang yang menanyakan hal itu. Terjadilah perselisihan antara sipembuat patung (pengukir), datu yang menghidupkan dan saudagar yang masing-masing mengatakan bahwa siboru Jonjong Anian adalah putrinya.
Perselisihan itu ditengahi oleh Si Raja Bahir-bahir (seorang penyumpit) yang menyatakan :
Pendapat itu disetujui dan perkawinanpun dilaksanakan. Beberapa lama kemudian, Siboru Jonjong Anian mulai mengandung (hamil). Selama hamil Guru Satean Bulan senantiasa memenuhi permintaannya agar kelak tidak menjadi Abat-abat (halangan), walaupun permintaan tersebut terasa aneh dan menurut dia janggal.
- Baragas (pengukir) pantas menjadi ayahnya,
- Saudagar kaya menjadi bibinya,
- Datu Pangabang-abang menjadi pamannya.
Pendapat itu disetujui dan perkawinanpun dilaksanakan. Beberapa lama kemudian, Siboru Jonjong Anian mulai mengandung (hamil). Selama hamil Guru Satean Bulan senantiasa memenuhi permintaannya agar kelak tidak menjadi Abat-abat (halangan), walaupun permintaan tersebut terasa aneh dan menurut dia janggal.
Ternyata kehamilannya diluar kebiasaan yaitu selama 12 bulan, setelah lahir ternyata kembar dua (marporhas), laki-laki dan perempuan, Guru Satean Bulan melaksanakan pesta pemberian nama (martutu aek).
Yang laki-laki dinamai Aji Donda Hatahutan Situan Parbaring dan adiknya si Tapi Nauasan Siboru Panaluan.
Tongkat Tunggal Panaluan dibuat setelah Ajibonda Hatautan dan Boru Tapinauasan, kembar lain jenis. Keturunan Guru Satean Bulan dan Siboru Jonjong Anian melakukan hubungan inses saat mereka beranjak dewasa.
Takut untuk pulang ke rumah orang tua mereka, Ajibonda Hatautan dan Boru Tapi Nauasan memilih tinggal di tengah hutan.
Celaka, mereka berdua malah lengket di pohon tersebut bersana-sama, dengan 7dukun dan binatang yang dikerahkan oleh Guru Satean Bulan untuk membebaskan putra dan putrinya, agar tetap bersama mereka. Guru Satean Bulan menyuruh seseorang untuk membuat tongkat panjang dari batang pohon tersebut. Tongkat itulah yang kemudian diberi nama Tongkat Tunggal Panaluan.
Horas
Tongkat Tunggal Panaluan dibuat setelah Ajibonda Hatautan dan Boru Tapinauasan, kembar lain jenis. Keturunan Guru Satean Bulan dan Siboru Jonjong Anian melakukan hubungan inses saat mereka beranjak dewasa.
Takut untuk pulang ke rumah orang tua mereka, Ajibonda Hatautan dan Boru Tapi Nauasan memilih tinggal di tengah hutan.
Celaka, mereka berdua malah lengket di pohon tersebut bersana-sama, dengan 7dukun dan binatang yang dikerahkan oleh Guru Satean Bulan untuk membebaskan putra dan putrinya, agar tetap bersama mereka. Guru Satean Bulan menyuruh seseorang untuk membuat tongkat panjang dari batang pohon tersebut. Tongkat itulah yang kemudian diberi nama Tongkat Tunggal Panaluan.
Horas
Masih gantung ini ceritannya bersambung
BalasHapus